JANGAN HANYA SEKEDAR KATA-KATA SAMPAH
Saya tidak suka kata-kata Anda
siang tadi dan tidak seharusnya anda berkata seperti itu. Kalimat itu ditujukan
pada saya sore hari setelah pertemuan dengan beberapa sahabat siang sebelumnya.
Kemudian saya minta maaf dan bersyukur memiliki sahabat sepertinya. Jika bukan
karena kami sangat dekat dan menghargai persahabatan ini, tentu ia tak akan
langsung mengkritik kesalahan saya dalam bertutur maupun bersikap. “ Terima
kasih anda lah sahabat sebenarnya yang mau berterus terang untuk membantu saya
memperbaiki kesalahan. “
Kata dan perbuatan seringkali
tidak terkontrol dan dengan seenaknya
mengalir keluar begitu saja tanpa tersaring terlebih dahulu. Padahhal,
jangankan sebuah kata atau tindakan, berpikir negatif pun jika tahu akibat
buruk yang bisa ditimbulkannya maka tidak akan pernah sesiapa pun mau apalah
lagi berpikir negatif. Masalahnya manusia seperti kita terkadang harus
mengalami tamparan keras akibat kekeliruan kata dan ketidakbenaran tindakan
untuk kemudian tersadar. “Oh ya, saya memang salah”. Itulah kemudian banyak
orang yang menyebut , penyesalan selalu datang terakhir.
Ibarat membuang sampah bungkus
permen, atau puntung rokok bagi yang merokok. Orang yang melakukannya tak
pernah sadar bahwa sampah yang dalam penglihatannya begitu kecil itu akan
berdampak besar di kemudian hari. Meski kecil, bayangkan jika anda melakukannya
setiap hari selama puluhan tahun menjalani hidup. Anda tak sendiri, tidak
sedikit juga yang menganggap bungkus permen, plastik kue, puntung rokok sebagai
hal kecil yang bisa dibuang sembarangan.Bersyukur masih ada tukang sapu jalanan
yang menyelamatkan kita dari pemandangan kotor desa dan akibat yang lebih buruk
yang bisa ditimbulkan jika sampah-sampah kecil itu dibiarkan berserakan di jalan
sekian lama. Setidaknya sebagai penduduk desa kita akan dicap bagian dari
masyarakat kotor yang tak mengerti kebersihan.
Misalkan anda sering membuang
sampah di halaman depan rumah anda. Tak pernah sekalipun ada yang
membersihkannya di pagi atau sore hari. Begitu seterusnya selama berhari-hari.
Siapa yang akan menerima akibat buruk dari sampah yang menumpuk di halaman
rumah anda itu? Tetangga anda mungkin
menrima akibatnya, tapi sudah jelas anda lah yang pertama kali mendapat akibat
buruknya. Dicap sebagai orang yang tahu kebersihan, ditambah lagi anda akan terjangkit penyakit
dari tumpukan sampah yang menumpuk.
Begitu juga lah kata dan
tindakan yang tak lagi melalui seleksi ketat, ia seperti sampah yang
menyebabkan anda di benci orang karena telah membuat sakit hati dan perih
telinga yang mendengar kata-kata sampah Anda. Pernahkah anda ditampar seseorang
karena perbuatan keliru anda? Saya pernah, delapan tahun yang lalu. Tapi sakit
dari tamparan itu masih bisa saya rasakan hingga detik ini.
Bukan hanya kata dan tindakan
yang salah, bahkan yang tak salah namun tak bermanfaat pun bisa merupakan
sampah bagi orang lain. Pastikan setiap kata bermakna atau diam. Itu pilihan
terbijak bagi kita agar tak semakin banyak orang yang muak, mual, kemuadian
muntah di muka kita sendiri akibat teramat banyaj sampah-sampah yang kita
jejalkan kepada mereka. Akibat teramat sering mulut ini mengeluarkan bau busuk
dari kalimat yang tidak bermanfaat, yang mengiris-iris hati, memerahkan
telinga.
Contoh kecil, bukankah kita
sering dibuat kesal setiap kali menerima junkmail (email sampah yang datangnya
entah dari mana) ? Semakin dibuat kesal jika jumlahnya semakin tak terbilang
mampir di inbox email karena harus setiap hari men-delete-nya. Begitulah juga
kesalnya orang mendengar kalimat sampah dari mulut ini. Masalahnya lagi,
menghilangkan kata sampah yang terlanjur hinggap di telinga tak semudah
menghapus email sampah dari inbox kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar